Dhammavihari Buddhist Studies
  2020-12-11 03:00:15
Abhidhammatthasangaha Bab II. 4 - Cetasika yang Indah (1) [PODCAST]

Menyambung kelas minggu lalu yang telah membahas sebelas faktor mental yang tidak baik, maka kelas minggu ini menuntaskannya dengan menguraikan tiga faktor mental yang tidak baik lainnya yaitu thina (#kemalasan), middha (rasa kantuk) dan vicikicchā (keragu-raguan). Thina adalah kemalasan dan kelambanan citta, bukan cetasika. Inilah mengapa thina disebut sebagai penyakit untuk citta (cittagelañña). Thina membuat citta menjadi tumpul karena kekurangan energi dan seolah-olah ada yang 'mengikat' sehingga tidak bebas bergerak dan cenderung bermalas-malasan. Pada saat ber#meditasi, batin ingin mengamati objek meditasi tetapi objek tidak terlihat dengan jelas. Batin yang seperti ini mendorong untuk jatuh ke dalam lamunan. Disisi lain, middha adalah penyakit untuk cetasika (kāyagelañña) yang memburamkan batin, membuat tubuh jasmani kelelahan dan seolah membuat batin terpenjara --tidak bebas bergerak dan akhirnya mengantuk atau bahkan tertidur. Thinda dan middha selalu muncul bersama-sama. Secara kolektif keduanya adalah salah satu dari lima rintangan batin yang menghalangi tercapainya konsentrasi-benar (sammā samādhi). Setelah selesai dengan pembahasan tentang empat belas faktor mental yang tidak baik, kelas kemudian membahas faktor-faktor mental yang indah. Sembilan belas dari kelompok yang pertama disebut sebagai faktor mental indah yang universal (sobhanasādhāraṇa) karena selalu muncul bersama dengan citta yang indah (sobhanacitta). Faktor mental yang pertama adalah saddhā (keyakinan) yang diibaratkan seperti batu permata Raja Cakkavatti yang mampu mengendapkan kotoran dan membuat air menjadi jernih. Demikianlah saddhā. Dengan munculnya saddhā maka batin menjadi jernih dan akhirnya mampu melakukan hal yang sulit untuk dilakukan seperti berderma, menegakkan moralitas dan tekun bermeditasi. Karena kemampuannya untuk menjernihkan batin maka saddhā tidak pernah menjadi faktor yang memunculkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Faktor mental berikutnya adalah sati (perhatian-penuh). Sati mampu mengatasi lupa (muṭṭhassaccassa abhibhavana). Dalam konteks meditasi,, sati adalah faktor mental yang membuat batin tidak lupa untuk hadir secara penuh dalam mengamati objek yang ada di saat ini. Selain itu, sati juga mempunyai kemampuan untuk mengetahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ashin Kheminda memberi contoh seorang penjaga rumah yang mempunyai enam pintu membiarkan dengan 'sadar' rumahnya dimasuki perampok yang menghabiskan harta benda di dalam rumah. Masih ada beberapa faktor mental lain yang dibahas di kelas ini. Selamat menikmati! Rekaman video bisa ditonton di https://youtu.be/jq1UG0R-5d4 Materi kelas bisa di unduh disini: https://dhammavihari.or.id/sermon/abhidhs Informasi : • Pusat Informasi DBS • Telp/WA : 0813 8700 3600 https://linktr.ee/Dhammavihari PERHATIAN! Apabila Anda ingin membagi (share) video/podcast dari Kanal Youtube Dhammavihari Buddhist Studies maka wajib mematuhi aturan-aturan sebagai berikut: • Wajib mencantumkan link video/podcast asli di bagian deskripsi video. • Tidak mengubah judul asli video/podcast. • Tidak menyunting (editing) atau memotong video/podcast sehingga penonton tidak mendapatkan pemahaman yang utuh. • Tidak di-monetize. • Tidak mengubah video dalam bentuk audio. • Tidak diperkenankan untuk mengunggah kembali (re-upload)/menyunting (editing) video-video/podcast-podcast dari Kanal Youtube Dhammavihari Buddhist Studies baik sebagian maupun menyeluruh dengan tujuan komersil. Silakan menyebarluaskan (share) video-video/podcast-podcast hanya melalui Kanal Youtube Dhammavihari Buddhist Studies. Terima Kasih. #BhanteKheminda #PODCAST