Vihara Mahasampatti
  2019-07-08 01:57:42
SPD Day 17 (01 Mei '19)

Keragu-raguan Oleh: B. Atthadhīro Thera Bangun, jangan lengah. Tempuhlah kehidupan dengan benar. Siapapun yang menjalankan hidup dengan benar akan berbahagia di dunia ini maupun dunia berikutnya. Demikian bunyi salah satu syair Dhammapada 168. Ini mengingatkan tujuan hidup kita. Di sini bahagia, nanti bahagia. Namun dalam kehidupan sehari-hari, kita terkadang bahagia , kadang tidak. Penyebab mengapa kita tidak bahagia adalah karena tidak menjalankan kehidupan dengan baik. Ada rintangan yang disebut keragu-raguan (vicikiccha). Keragu-raguan muncul karena adanya perbedaan antara yang dipikirkan dan dirasakan. Kenyataan berbeda dengan harapan. Demikian pula ketika kita belajar Dhamma, berlatih meditasi. Kita cenderung ingin cepat mendapatkan hasil. Padahal bagian terpenting adalah prosesnya. Faktor utama dalam belajar Dhamma adalah keyakinan (saddha). Sedangkan keragu-raguan adalah penghambat dalam latihan. Ada 5 jenis keragu-raguan: Keragu-raguan terhadap Buddha, keragu-raguan terhadap Dhamma, keragu-raguan terhadap Sangha, keragu-raguan terhadap latihan, keragu-raguan tentang adanya orang baik. Cara mengalahkan keragu-raguan adalah yang pertama mendengar, belajar (sutta maya paññā). Yang kedua adalah (cintā maya paññā); dipikirkan, apakah yang dipelajari membawa manfaat. Dan yang ketiga, bhāvanā maya paññā; praktik pengembangan batin. Setelah belajar, mendengar, maka dipikirkan apakah bisa diterima. Kemudian dipraktikkan. Dhamma jika tidak dipraktikkan, tentu tidak akan membawa manfaat. Dengan banyak mendengar (yang baik-baik), banyak belajar, akan memunculkan kebijaksanaan. Bertanya, berpikir, dan mencoba. Untuk memperoleh kemajuan di bidang apapun, ketiga itu adalah kuncinya.